Sabtu, 07 Maret 2015
"Jangan Ambil Sahabatku"
"Jangan Ambil Sahabatku"
Aku manusia biasa yang bersekolah di salah satu SMA Negeri Di Bandar Lampung.
Aku tidaklah se*si tapi aku bersyukur dengan keadaanku sekarang ini. Aku juga
tidaklah pintar tetapi aku berusaha untuk selalu belajar.
Aku memiliki sahabat yang amat setia menemani ku di kala suka maupun duka
sahabatku itu bernama Lina.Kami bersahabat dari duduk di bangku sekolah dasar
sampai sekarang ini. Setelah aku duduk di bangku sekolah menengah atas aku
mendapat begitu banyak sahabat salah satunya Dita dan Cahaya. Tidak hanya
mereka yang menjadi sahabatku tetapi juga Tama. Ia orang yang humoris, ia juga
juara kelas dan ia juga ramah pada setiap orang.
Aku bersahabat dengannya dari mos awal masuk sekolah sma. Kesan pertamaku
denganya, ia orangnya lucu dan misterius. Kemisteriusannya itu ia sembunyikan
di balik kacamatanya.
Waktu terus bergulir dan hari terus berganti. Awalnya aku hanya sekedar teman
biasa yang memiliki rasa ingin tahu dengan sifatnya. Semua itu bermula dari
tujuh bulan yang lalu tepatnya bulan November. Kami sering bercerita lewat
pesan singkat, banyak cerita duka dan suka yang aku ceritakan denganya. Banyak
pertanyaan yang ku ajukan untuknya. Dari kesukaanya hingga alasan ia melepas
kaca matanya ketika ia berada di luar kelas dan di rumah. Bahkan dia memberiku
begitu banyak nasehat “ jangan merubah diri kamu hanya karena hal yang tidak
penting”.
Sayangnya ke dekatan dan persahabatian kami di warnai gosip dan desas-desus
yang menyatakan aku menyukainya, padahal di antara aku dan dia hanyalah ada
sebuah tali persahabatan. Desas desus itu heboh di kalasnya. Puluhan pesan
singkatku tak mendapat tanggapan darinya. Parahnya lagi tiap kami tidak sengaja
bertemu tak ada sedikt senyum di wajahnya dan tak ada sedikit pun kata terucap
di bibir manisnya itu. Yang ada hanyalah tatapan mata yang kosong namun indah.
Tuhan aku binggung dengan apa yang harus ku perbuat. Jujur aku sedih jika
selamanya aku dan dia harus begini. hatiku sakit bagaikan di tusuk seribu
jarum. Aku mohon kepada MU jangan ambil sahabatku. Engkau dapat mengambil semua
yang ku miliki tapi jangan kau ambil sahabatku. Karena sahabat menurutku
amatlah berarti dalam hidup ini.
Jika aku boleh meminta pada MU. kembalikanlah sahabatku seperti dikala pertama
kali aku mengenalnya. Aku hanya ingin jika aku kelak bertemu dengannya aku
dapat melihat senyuman manisnya dan mendengar kata sapaan dari bibirnya yang
merah. entah kapan semua itu terjadi yang jelas aku akan selalu menjadikan ia
sahabat terbaikku. aku yakin itu semua akan terjadi..
Jarum jam terus berputar begitu pula harapan ku yang semakin lama luntur karena
prilakunya. aku menyadari mungkin itu semua terjadi karena kesalahanku juga.
Yang pada suatu ketika menulis kalimat permohonan maaf dan kata-kata bahwa aku
tidak mau memutus tali silaturami di frendster ku. ia berkata melalui temannya
bahwa aku membuat steres dirinya. bahkan di luar dugaan ku, ia berkata untuk
tidak saling menggangu biar sama-sama enak. padahal di hati kecilku aku hanya
ingin menyambung tali silaturami dengannya. aku sedih dengan perkataannya itu,
yang membuat aku sedih kenapa pertemanan yang diawali dengan baik harus di
akhiri seperti ini.
Satu tahun berlalu dari kejadian itu. kini aku telah duduk di kelas dua sma
tidak sekelas dengannya. di antara kami sampai saat ini hanya ada kebisuan dan
kepura-puraan. Aku mulai dari kejadian kemarin hanya bisa berpura untuk tidak
mengenalnya. sebenarnya tidak seorang pun mengetahui sejak satu tahun yang lalu
aku mengidap penyakit kanker otak stadium terakhir. kata dokter aku hanya bias
bertahan hidup 2 bulan saja. aku hanya berpura sehat di hadapan semua orang
termaksud dia. karena aku tidak mau mereka semua bersikap baik dengan ku akibat
belas kasihan.
Saat kami pulang ditengah jalan menuju rumah. kami bertemu dengan tama di luar
dugaanku disaat bersamaan aku kehilangan kesadaran. aku baru sadar dari
pingsanku ketika di rumah sakit. aku melihat di sekitar tempat tidurku ada
keluarga ku tercinta yang sedang menangis dan yang membuat aku terkejut di
kamar itu ada tama yang membawa seikat mawar merah. tiba tama menghampiriku dan
ia berkata sambil tersenyum “ini bunga untuk mu. semoga kau cepat sembuh dan
maaf selama ini aku membuatmu sedih dan kecewa. kamu maukan memaafkan aku dan
bersahabat lagi denganku?” aku hanya bisa berkata dengan terbata-bata “aku
maaffin kamu kok, aku juga minta maaf dan selamat ulang tahun ya sahabatku”.
Akhirnya malaikat pencabut nyawa pun datang menghampiriku dan aku pun
mengakhiri hidup dengan tersenyum. karena di akhir hidupku sahabat-sahabatku
ada di dekatku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar